New York – Calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump, mengomentari demikian dikutip dari laman detik.com ,uji coba nuklir Korea Utara (Korut) yang dikecam dunia. Trump menyebut uji coba itu menjadi contoh kegagalan besar rivalnya, capres Partai Demokrat Hillary Clinton, yang pernah menjabat Menteri Luar Negeri AS.
“Kebijakan Hillary Clinton untuk Korea Utara hanya salah satu kegagalan diplomatik yang berbahaya dari seorang Menteri Luar Negeri AS yang gagal,” sebut Trump melalui juru bicaranya, Jason Miller, seperti dilansir Reuters, Sabtu (10/9/2016).
Hillary menghindari untuk berkomentar langsung soal pernyataan Trump tersebut. Setelah menggelar pertemuan dengan sejumlah pakar kebijakan luar negeri di New York, Hillary menyerukan sanksi terhadap Korut, mendorong China untuk berbuat lebih banyak dan menetapkan batasan tegas dalam isu ini.
“Kita tidak akan membiarkan Korea Utara menciptakan senjata nuklir dengan kapasitas rudal balistik yang mampu mencapai wilayah Amerika Serikat. Itu jelas menjadi garis dasarnya,” tegas Hillary.
Hillary menjabat Menlu AS pada tahun 2009-2013 lalu di bawah pemerintahan periode pertama Presiden Barack Obama. Ketika Hillary menjabat, Korut menarik diri dari perundingan internasional yang bertujuan mengakhiri program nuklirnya dan kemudian melanggar larangan PBB dengan menggelar uji coba rudal jarak jauh serta nuklir.
Dalam pernyataan terbarunya di New York, Hillary menyerukan ‘perumusan kembali strategi’ untuk isu Korut. Hillary juga menyinggung soal potensi jatuhnya nuklir Korut ke tangan teroris, khususnya Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
“ISIS dan Korea Utara tidak sepenuhnya tak terhubung karena ancaman terbesar tentu jika teroris mendapat akses pada material nuklir yang terlepas. Jadi penting bagi kita untuk menyatukan dunia untuk menghentikan permainan berbahaya Korea Utara,” sebutnya.
Sedangkan Trump sendiri, tidak melontarkan kecaman untuk Korut dalam komentar terbarunya pada Jumat (9/9). Namun dalam pernyataan-pernyataan sebelumnya, Trump memiliki posisi cukup keras terhadap Korut.
Dia pernah menyatakan akan mengebom Korut jika tidak menghentikan program nuklirnya, lalu menyerukan akan menekan China untuk mengendalikan Korut yang sekutu terdekatnya, hingga menyerukan pembunuhan pemimpin Korut, Kim Jong Un. Lalu pada Mei, kepada Reuters, Trump mengutarakan niatnya untuk bertemu dengan Kim Jong Un.(*)